Pulihkan Ekonomi Desa usai Pandemi, Ini Empat Strategi Mendes
https://www.apdesinews.com/2020/06/pulihkan-ekonomi-desa-usai-pandemi-ini.html
APDESINEWS.COM- Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) memiliki
empat strategi untuk pemulihan ekonomi pedesaan pasca pandemi virus
corona atau Covid-19.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar
mengatakan strategi pertama untuk pemulihan pedesaan meliputi
Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Sindikasi.
Apalagi, Badan pangan dunia
(FAO) telah memperingatkan soal ancaman kekurangan pangan dunia.
"Faktornya,
di samping kekeringan juga faktor bangkitnya nasionalisme baru, dari
globalisasi ke de-globalisasi. Hal imbas dari pandemi Covid-19, di mana
setiap negara berpikir untuk negaranya sendiri, seperti mencukupi
kebutuhan pangan sendiri sebelum ambil langkah ekspor," kata Abdul
Halim dalam keterangan resmi Minggu, 24 Mei 2020.
Menurutnya, hal
tersebut dapat memberi dampak positif bagi kemandirian negara. Pasalnya,
setelah Covid-19 ini, Indonesia tersadarkan jika 99 persen produk obat
di Indonesia itu berasal dari luar negeri.
"Ini sesuatu yang menggelikan pasalnya sumber daya alam kita sungguh luar biasa. Sisi lain, kita bicara kelangkaan APD,
Baju Hasmat, Masker dan seterusnya. Kita baru sadar jika produk APD,
Indonesia menempati peringkat kedua terbesar tetapi semua di ekspor,"
ujarnya.
Adanya kesadaran baru yang dihadapkan dengan fakta-fakta
yang luar ini membuat Indonesia mau tidak mau harus benar-benar mandiri,
termasuk soal ketahanan pangan. Maka, Pemerintah fokus selesaikan
urusan pangan di desa maka selesaikan persoalan pangan di Indonesia
karena Indonesia adalah Desa dan Desa adalah Indonesia.
Konteks
intensifikasi, Kemendes PDTT sudah lakukan upaya untuk meningkatkan
nilai produk-produk pertanian di daerah-daerah transmigrasi. Kemendes
PDTT telah lakukan pemetaan produk pertanian, utamanya tanaman pangan.
"Hal
ini bertujuan meningkatkan produksivitas hasil pertanian, dari tiga ton
pertahun menjadi enam ton per tahun dengan dua kali musim panen,"
jelasnya.
Kemendes PDTT miliki lahan di wilayah transmigrasi yang
bisa digunakan untuk ekstensifikasi. Hal ini bakal memberi efek domino,
yaitu perluas lahan pertanian dan bakal meningkatkan produksi para
transmigran yang berefek pada naiknya penghasilan.
Langkah kedua,
meningkatkan revitalisasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Langkah ini
strategis karena saat ini sekitar 50 ribu desa telah miliki Bumdes yang
miliki core bisnis yaitu Desa Wisata dan Produk Unggulan.
"Yang
paling bagus adalah desa wisata karena kebutuhan berwisata masyarakat
kita itu sangat tinggi. Hampir semua desa-desa wisata yang dikelola oleh
Bumdes itu maju," katanya.
Soal produk unggulan desa, lanjutnya,
potensinya sangat luar biasa. Bahkan Bumdesma di Buton Utara pun telah
lakukan ekspor perdana kopra putih ke China.
"Selain
kopra, Vanila produksi Indonesia pun tidak kalah dari Madagaskar.
Namun, produk ini pernah jatuh karena ulah tengkulak yang coba bermain
curang dan diketahui negara tujuan hingga berimbas kurangnya kepercayaan
berkurang," terangnya.
Langkah ketiga, Kemendes PDTT terus berupaya bangun Digitalisasi Ekonomi Desa dengan menggandeng e-commerce global
seperti Tokopedia dan Shopee. "Apalagi di situasi Covid-19 seperti ini,
pemasaran produk unggulan desa bisa tetap dilakukan," imbuhnya
Keempat,
Padat Karya Tunai Desa (PKTD). Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi
untuk PKTD ini yaitu tenaga kerja harus berasalh kelompok miskin,
pengangguran dan kelompok marjinal lain.
PKTD ini pada hakikatnya
adalah bentuk pekerjaan yang bersifat massal untuk tujuan pembangunan
tertentu, termasuk desa wisata. "Inilah strategi untuk bangkitkan
ekonomi desa pasca Covid-19 yang tentu saja butuh tahapan-tahapan. Saat
grafik Covid-19 flat kemudian penurunan, pasti ada proses relaksasi,"
jelasnya.